.

Biarkan Aku Pergi Dalam Damai

Gibran

Biarkanlah aku pergi dalam damai, anakku.

Aku telah mematahkan jeruji-jeruji kerangkeng ini; Biarkanlah aku terbang dan jangan halangi, karena ibumu sedang memanggilku.

Langit cerah dan laut tenang, perahu siap untuk berlayar; jangan tunda perjalanan ini.

Biarkanlah tubuhku beristirahat bersama waktu yang berlalu; biarkan mimpiku berakhir dan jiwaku terbangun bersama fajar; biarkanlah jiwamu memeluk jiwaku dan berilah aku ciuman harapan; jangan ada satu pun kesedihan dan kepahitan yang tumpah ke tubuhku agar bunga-bunga dan rerumputan itu tidak menolak hidangan untuk mereka.

Jangan tuangkan air mata kesusahan ke tanganku, karena mereka akan menumbuhkan duri di atas kuburku.

Janganlah kau tarik guratan kesedihan di atas keningku, karena jika angin lewat dan membacanya mereka akan menolak untuk menerbangkan debu-debu dari tulang-belulangku ke padang yang hijau.

Aku mencintaimu, anakku, ketika aku hidup, dan aku akan mencintaimu ketika aku mati, jiwaku akan terus menatap dan menjagamu.

Jangan panggil tabib, karena dia hanya akan memperpanjang hukumanku di penjara ini dengan obat-obatnya. Hari-hari perbudakan telah berlalu, dan jiwaku mencari kebebasan di atas langit.

Jangan panggil pendeta ke sampingku, karena doa-doanya tak akan menyelamatkan aku jika aku memang pendosa, tak akan pula mendorongku ke surga kalaulah aku ini tak berdosa.

Kehendak manusia tak akan dapat mengubah kehendak Tuhan, sebagaimana seorang ahli perbintangan tak akan dapat mengubah arah dari bintang-bintang itu.

Tetapi setelah kematianku biarkanlah sang dokter dan pendeta melakukan yang mereka suka, sementara perahuku akan terus berlayar sampai ke tempat tujuan.
Back To Top