.

Mendongeng itu Mudah!

Soni Farid Maulana

Memilih bacaan untuk anak di tengah-tengah lautan buku bacaan yang dewasa ini demikian melimpah ruah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bila dihadapkan dengan buku-buku bacaan hasil terjemahan, entah itu berupa komik, cerita pendek, atau novel.

Dalam upaya menumbuhkembangkan daya intelektual anak lewat bacaan, orang tua mempunyai peran yang cukup penting. Orang tua harus menjadi pembaca pertama buku-buku yang kelak akan dibaca anak.

Dalam memilih bacaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, lihat bahasa yang dipakainya, apakah mudah dicerna atau tidak oleh si anak. Setelah itu lihat jalan ceritanya, konflik yang dihidupkannya, latar ceritanya, dan sebagainya. Pasalnya, dewasa ini hal-hal yang bersifat pornografis sudah merasuk ke dalam komik, novel, bahkan cerita pendek. Jangan sampai hal yang belum pantas dibaca anak, malah menjadi santapannya. Hal itu bisa membuat anak lupa pada tugas utamanya, yakni belajar menghayati hidup dan kehidupan secara mandiri, arif dan bijaksana.

Kekerasan juga telah banyak mewarnai buku-buku yang katanya diperuntukkan bagi anak-anak. Kalau teliti, mungkin kita akan bertanya-tanya benarkah komik Batman itu diperuntukkan bagi anak-anak? Jika untuk anak-anak, haruskah di usia dini anak-anak diperkenalkan kepada carut-marutnya dunia yang babak-belur oleh persoalan kriminal Demikian pula ketika memilih bacaan semisal Sin-chan yang nakal itu. Adakah bacaan semacam ini cocok pula disajikan untuk anak-anak kita yang secara kultural berbeda jauh dengan kehidupan orang Jepang?

Bahkan ketika kita membelikan VCD "Tom & Jerry" misalnya, harus hati-hati pula. Di dalam VCD tersebut juga banyak terjadi tindak kekerasan, yang bisa ditiru anak. Ada baiknya orang tua bertindak arif dan bijaksana. Antara lain membelikan anak sejumlah buku bacaan yang sarat dengan muatan lokal. Dongeng-dongeng yang pernah dilisankan oleh orang tua kita menjelang tidur, saat ini sudah banyak yang dibukukan. Entah itu berupa cerita rakyat dari Jawa Barat, seperti Dalem Boncel, atau cerita fabel seperti Si Kancil, dan sebagainya.

Bacaan-bacaan yang sarat dengan pesan keagamaan, juga bisa dijadikan pilihan di luar cerita-cerita yang sepenuhnya hanya berpihak pada persoalan sosial atau kemanusiaan.

+++

Untuk menumbuhkan imajinasi di kepala anak, orang tua atau guru perlu memiliki teknik mendongeng yang baik. "Tapi jangan mundur karena kurang menguasai teknik. Pede aja lagi. Mendongeng itu mudah, cobalah apa adanya," ujar Andi Yudha.

Syarat utamanya adalah percaya diri dan komunikatif. Banyak orang tua tidak percaya diri ketika mendongeng, akhirnya pesan dongengnya sulit ditangkap anak. Anak jadi boring, sementara orang tua sendiri terlanjur hopelles untuk meneruskan mendongeng.

"Mendongeng bisa dimulai dengan mengaktifkan indra yang kita miliki untuk membantu memvisualisasikan cerita. Kemudian untuk menggali cerita bisa mengungkap kejadian sehari-hari, masalah biasa kita temui bukan? Dan untuk memotivasi diri, tanamkan keyakinan bahwa setiap orang biasa menyampaikan segala sesuatu yang ada dipikirannya," ujar ayah 3 anak yang juga trainer mendongeng ini.

Sebagai panduan, Andi memberikan kiat-kiat mendongeng sebagai berikut:

- Pilihlah cerita yang sesuai dengan kesehariannya dan minat anak. Jelaskan tokoh, tempat dan kata-kata yang belum dimengerti anak. Dengan demikian anak tidak bertanya terus dan dapat berkonsentrasi kepada cerita.

- Bacakan cerita dengan antusias dan akting yang meyakinkan. Sertakan emosi, maka anak juga akan menghayati dan mengikutinya dengan emosi pula.

- Bedakan mimik, ucapan maupun tokoh yang ada dengan mengidentikkan diri kita pada tokoh tersebut, atau boneka yang dibayangkan sebagai tokoh utama. Beri ekspresi pada apa yang Anda ceritakan. Tapi jangan dilebih-lebihkan. Variasikan kecepatan, irama suara sesuai kebutuhan teks. Misalnya untuk membangun ketegangan-ketegangan.

- Variasikan nada suara pada pelbagai karakter. Hal ini akan lebih mendramatisir dialog dan menghidupkan karakter yang ada. Lakukan secara wajar karena jika berlebihan, yang diingat anak justru suara Anda dan bukan ceritanya.

- Jagalah kontak mata Anda dengan anak saat bercerita. Dekatkan tubuh Anda dengan si kecil ketika membaca.

- Buatlah sinyal ketika cerita itu akan atau telah berakhir.

- Ajukan pertanyaan pada anak untuk mengetahui apakah cerita yang kita sampaikan benar-benar diperhatikan. Doronglah anak untuk bertanya dan mengomentari cerita tersebut dan tanyakan kembali isi cerita tersebut kepada anak. Evaluasi terus cara kita mendongeng, bisa juga didiskusikan dengan anak.
Back To Top