.

Anak Bertanya Orang Tua Menjawab


Vissy menjawab beberapa pertanyaan mamanya hanya dengan satu jawaban. Pertanyaan-pertanyaan itu dimulai dengan kalimat "Siapakah yang telah ..." Spontan murid TK yang berusia 5 tahun itu menjawab, "Allah".

Allah-lah yang telah menjadikan untuk kita pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah jualah yang menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa serta kesalahan manusia, memberikan makanan dan minuman, menyembuhkan, membuat matahari bercahaya dan bulan bersinar, membentangkan bumi, dan menciptakan gunung serta mengalirkan sungai.

Maka nikmat yang manakah yang tidak kita syukuri?
Itulah cara yang digunakan orang tua Vissy untuk mengenalkan Tuhannya. Vissy mulai bertanya-tanya tentang siapa pencipta semesta alam sejak setahun yang lalu. Termasuk saat dalam perjalanan pulang dari luar kota.

Saat itu awan mengelilingi pesawat. Dengan wajah polosnya Vissy mengamati pemandangan dari jendela kaca dekat tempat duduknya. "Mama, sebenarnya Allah itu tinggal di mana, kok Vissy nggak bisa lihat, sih?

Antara terkejut dan bingung, mamanya merancang formulasi jawaban agar dipahami anaknya. "Allah ada di mana-mana. Kita tidak bisa melihat-Nya, tapi Allah melihat kita".

Untuk sementara hati mamanya tenang. Tidak mungkin dia menjelaskan bahwa Allah SWT lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita sendiri. Pasti jawaban itu akan membuat bingung anaknya.

Kemudian mamanya dikejutkan oleh pertanyaan lanjutan dari Vissy. "Kalau Allah di mana-mana, berarti Allah itu banyak, dong!"
Ternyata, menjadi orang tua itu harus pintar dan menguasai semua ilmu terutama ilmu tentang tauhidullah (keesaan Allah).
Tingkat keingintahuan anak-anak seusia Vissy memang sangat tinggi. Jika arahan orang tuanya salah, maka jangan heran kalau di masa mendatang anak-anak menjadi terbelakang. Dan lebih parah lagi, tidak mengenal siapa Tuhannya.
Tidak sedikit orang mencari Tuhan setelah menginjak usia dewasa. Rasanya tidak bijak jika kita menyalahkan orang tua karena siapa tahu mereka pun belum tahu ilmunya.

Tidak ada salahnya orang tua sama-sama belajar dengan anaknya. Menyimak penjelasan para guru dari luar kelas patut dicoba. Daripada diam tak berbuat apa-apa saat menunggu bel belajar usai, lebih baik telinganya digunakan untuk mengakses ilmu.

Tidak jarang seorang anak bertanya ulang kepada orang tua di rumah walau sudah mendapat jawaban dari gurunya. Orang tua harus berperan ganda dalam waktu bersamaan. Mereka adalah orang tua, mereka pun adalah guru bagi anak-anaknya. Rumahnya adalah tempat bernaung dan juga sekolah bagi anak-anaknya.

Pelajaran tauhid adalah pelajaran pertama yang harus diketahui anaknya. Begitu bayi keluar dari perut ibunya, bayi itu langsung mendapat pelajaran tauhid bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.

Selanjutnya secara bertahap orang tua perlu membuat kurikulum sendiri tentang tauhid ini. Penjelasan sederhana lebih mudah dicerna daripada penjelasan yang rumit. Jangan anggap remeh anak kecil karena sesungguhnya dia sangat kritis. Tak jarang banyak orang tua kelabakan menjawab rasa penasaran anak-anaknya.
Inti jawaban dari semua permasalahan ini adalah "ilmu". Anak-anak tidak akan mau tahu orang tuanya tahu atau tidak. Yang mereka pedulikan adalah orang tua bisa menjawab semua pertanyaan mereka mengenai apapun.

Setiap keluarga pasti akan mengalami hal sama yang dialami Vissy dan mamanya. Walaupun bentuknya mungkin berbeda. Tanya jawab tentang tauhidullah akan tetap muncul ke permukaan. Apakah para orang tua siap menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Wallahu A`lam.
Back To Top