.

Hidup sederhana bukanlah hidup dalam kemiskinan

Saudaraku yang dikasihi Allah hidup sederhana adalah hidup yang diajarkan Rasulullah SAW. Sudah seharusnya dalam kehidupan kita sehari – hari untuk selalu meneladani gaya hidup ala Rasulullah tercinta. Rasulullah makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini adalah sebaik – baik contoh bagi umatnya.

Wahai saudaraku yang selalu rindu akan cinta Allah, pemilik jiwa – jiwa yang suci, hidup sederhana bukanlah berarti hidup susah dan senang menderita, tapi hidup yang mengerti mana kebutuhan dan mana keinginan, bukan berarti juga meninggalkan kesenangan dunia, bukan saudaraku…., tapi sadar bahwa setiap kesenangan pasti akan dimintai pertanggung jawaban, kita sering kali lupa bahwa kita akan mempertanggung jawabkan nikmat yang kita terima, seperti :

Kemudian sungguh, pada hari itu kamu akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu peroleh hari ini ( yang kamu megah – megahkan di dunia itu )". ( QS. Al-Takatsur 102:8)

Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemewahannya berkatalah orang – orang yang menghendaki kehidupan dunia : “ moga – moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun .Sesungguhnya ia benar – benar mempunyai keberuntungan yang besar.
Berkatalah orang – orang yang di anugerahi ilmu : “ kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang – orang yang beriman dan beramal saleh “. ( QS. Al- Qashash 28 : 79- 80 ).

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia – nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikitpun”. (QS. Maryam 19 : 59-60).

Ayat diatas menerangkan keadaan orang yang bermegah – megahan dan di sibukkan oleh harta benda dan orang – orang yang mempunyai sifat selalu menuruti hawa nafsunya padahal Allah telah dengan tegas mengatakan :

Sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian “. ( QS. Al – Ashr 103 : 2 )

Seperti umar Ibnu Khattab semasa menjabat menjadi khalifah, beliau lebih memilih menyisakan kesenangan untuk hari akhir dari pada kesenangannya sekarang. Umar berlaku demikian karena mencontoh sunah Rasulullah SAW. Ia bercerita: “ Aku pernah minta izin menemui Rasulullah, aku mendapatkan beliau sedang berbaring diatas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau berada diatas tanah, beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya, aku tidak sanggup menahan tangisku.
“ Mengapa engkau menangis, hai putra Khattab?” Rasulullah bertanya.
Aku berkata, “ Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau. Engkau ini nabi Allah, kekasih-Nya, kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Padahal di tempat sana, Kisra dan Kaisar duduk diatas kastil emas, berbantalkan sutra”.
Nabi yang mulia berkata, “ mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga, kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita unutk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia sepaerti seseorang yang bepergian pada musim panas, ia berlindung sejenak dibawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya”.( Hayat al- Shahabah 2: 352).

Ingatlah saudaraku, hidup dengan bermegah – megahan hanya akan membuat hati kita menjadi keras, sombong dan akan lebih menjauhkan diri kita dari cinta dan kasih Allah. Kondisi seperti ini adalah seburuk – buruk hati, bukankah Allah sangat membenci sesuatu yang serba berlebih – lebihan?

Al Muhasibi berbisik parau : Kesederhanaan adalah kemuliaan, kesederhanaan baru bisa terwujud kala kita menyadari bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan dari perjalanan panjang manusia menuju Tuhan.
Back To Top