.

Kuasa Cinta (The Power of Love)


Suatu hari, Uskup dari Makam Suci Kristus mengumumkan bahwa seorang Pemimpin Besar Islam akan datang. Seluruh penduduk Jerusalem pun tumpah ruah di Gerbang Kota. Tua dan muda; laki-laki dan perempuan tampak menanti arak-arakan yang akan datang, untuk menyambutnya dan mengucapkan selamat datang.

Namun arak-arakan yang diharapkan itu tidak ada. Mereka hanya melihat dua orang Arab yang sederhana bersama seekor unta yang kelelahan. Segera seluruh penduduk kota 'menyerbu' sang penunggang unta dan menyambutnya, tapi... nanti dulu.

"Aku bukanlah Khalifah Islam yang kalian nantikan. Aku hanyalah seorang pengawal", penunggang unta itu mencoba menjelaskan. Dalam melewati perjalanan dari Damaskus ke Jerusalem, 'Umar menghargai pengawalnya dengan bergantian menaiki unta mereka. Pada saat tiba di gerbang kota, merupakan giliran 'Umar a.s. lah yang berjalan menuntun unta. Semua orang takjub dengan pribadi sang Pemimpin Besar Islam itu.

Saat tiba waktu shalat, sang Uskup mengajak 'Umar ke sebuah gedung yang indah. Menyadari bahwa gedung itu tempat suci orang Kristen, 'Umar memilih shalat di depan pintu gereja.
"Jika saya shalat di tempat suci kalian," demikian kata 'Umar kepada sang Uskup setelah selesai shalat, "para pengikut saya dan orang-orang yang datang ke sini di masa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini dan mengubahnya menjadi masjid. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat di luar."

Jerusalem adalah kota suci agama-agama besar. Tanahnya telah dibasahi dan disuburkan oleh ribuan darah manusia--sejak abad ke 20 SM hingga sekarang, abad ke-20 M-- yang berperang atas nama agama dan berpindah tangan berkali-kali. Namun dengan kuasa cinta, mereka dengan sukacita masuk kekuasaan Islam ditangan seorang 'Umar, pengawalnya dan seekor unta, sebagaimana Ibrahim a.s diterima Melchizedek, Raja Salem (Jerusalem) pada tahun 1900 SM.

Memuji Allah sambil menghancurkan orang lain bukanlah jihad. Tidak ada manfaatnya membunuh seseorang atas nama Tuhan. Allah tidak punya pikiran untuk membunuh atau berangkat perang. Mengapa Dia mengirimkan para Nabi dan Rasul jika Dia bertindak seperti itu? Rasulullah Muhammad saw sendiri diutus bukannya untuk memusnahkan manusia; dia diutus dengan kebijaksanaan yang dapat menunjukkan kepada manusia bagaimana ia mengalahkan kejahatannya sendiri. Dan jika umatnya telah mampu mengikis habis sifat-sifat jahat dalam dirinya, maka tidak akan ada lagi permusuhan dan perbedaan di antara manusia: semuanya sama, anak cucu Adam a.s, makhluk Tuhan.

Matahari tidak pernah memilih kepada siapa dia curahkan sinarnya, bulan tidak pernah memilih kepada siapa dia usapkan kelembutannya, mengapa kita harus memilih memberikan kasih sayang kepada sesama? Jika kita menerima dan memahami Islam, maka kita tidak akan menganggap siapapun sebagai musuh. Setiap orang yang mengaku adanya Tuhan adalah saudara juga, ahlul-kitab, demikian ditegaskan Al-Qur'an, tidak peduli nabi, kitab, mazhab atau golongan mana yang dia anut dan ikuti. Kita tidak akan lagi melihat perbedaan apapun dan membuat pertentangan, apalagi melakukan 'takfirisme' (mengkafirkan orang lain) kepada sesama muslim.

Allah memberikan payung kemurahan Islam ini bukan hanya kepada umat Islam, tapi kepada manusia bahkan seluruh alam semesta. Islam bukanlah agama untuk pertentangan, peperangan dan kehancuran, jika ada yang demikian tentulah bukan ajaran Islam. Islam adalah rahmatan lil-'âlamîn. Ajarannya bukanlah untuk mementingkan (ego) diri sendiri, golongan, agama atau manusia, bukan pula untuk tidak memiliki kepentingan. Ajarannya adalah untuk mencurahkan kasih sayang, keselamatan dan kedamaian kepada seisi alam semesta.

Islam hanya memandang yang Satu; satu keadilan, keimanan, kebijakan dankebenaran untuk apa dan siapa saja. Itulah yang dikatakan Uskup kepada 'Umar saat memberikan kunci Kota Suci Jerusalem. Namun dia kemudian bertanya, Tetapi berapa lamakah kunci itu akan tetap di tanganmu? Kapankah tempat suci ini akan kembali kepada kami?".

Jawab 'Umar, "Hari ini, kami memang telah mengambil alih tempat ini. Dengan empat sifat: keimanan, kebijakan, keadilan dan kebenaran, kami mendapatkan kota ini. Selama empat sifat itu dimiliki dan diamalkan kaum muslimin, maka mereka akan mempertahankan kota ini. Tetapi jika sifat-sifat itu terpisah dari Islam, maka tempat ini akan berpindah tangan sekali lagi." 'Umar kemudian melanjutkan, "Ketika hal itu terjadi (perpindahan tangan Jerusalem) kaum muslimin seakan tepung dalam adonan dan yang merebutnya hanyalah sedikit garam".

Perkataan 'Umar benar adanya. Selama umat Islam memiliki keempat sifat ini dan hidup dalam kasih sayang dan memberikan ketentraman kepada orang lain, kedamaian akan ditemukan dalam Islam. Namun apabila keadilan ini berubah, keadilan akan hilang, maka tibalah saatnya kita tidak menemukan kedamaian dalam Islam dan di dunia.

Rasa kasih sayang dan perdamaian adalah kekuatan Islam, yang akan memberikan kekuatan dan kedamaian pada seluruh dunia. Inilah yang menaklukan dunia: dengan menaklukan hati dengan cinta. Pedang tidak akan menaklukan dunia; cinta lebih tajam dari pedang. Cinta itulah pedang agung nan lembut; pedang hanyalah ilusi ego dan kekuasaan.

Dan rahmat-Nya pun mendahului murka-Nya...
Hamba mohon ampunan-Mu.
Hamba mohon pertolongan dan rahmat-Mu
Back To Top