.

Rie...

Djaya

Ini tentang cerita yang tersimpan selama seperlima abad
Ketika aku bertindak diluar kesadaranku….
Ketika kesombongan dan kebodohanku mengungkung kepalaku
Ketika aku membiarkan orang yang sebetulnya ingin kudekap
Tapi malah dihadapanku, aku biarkan dia berkaca-kaca….

Pada saat aku ingin mengecup bening matanya
Pada saat aku ingin menggigit gemas hidungnya
Malah aku mengabaikan kesungguhannya

Aku tahu, saat itu dia telah menerjang keengganan
Sengaja datang untuk memberi penjelasan
Dari soal orang tua dan juga soal kliningan
Tapi kesombongan telah membutakan mata-hatiku

Aku masih ingat,
saat dia pamit dengan muka tertunduk
Aku dengan angkuh berucap…."semua karena sebab akibat"
Celakanya, setelah itu aku mengabaikannya…..dan diam

Seperlima abad aku menyesalinya.
Seperlima abad aku memikirkannya
Seperlima abad …. Ternyata aku tetap saja ingin mendekapnya
Ingin menghapus bulir-bulir mutiara disudut matanya

seperlima abad berlalu, terpisah jauh diantara dua bahtera
Aku tahu, ini semua ketentuan Tuhan
Tentu juga yang terbaik untuk semua.
Namun tetap aku menyesalinya dan juga merindukannya

Mungkin, karena benih-benih telah terlanjur tumbuh.
Tak pernah bisa habis terkikis hanya karena puluhan tahun berlalu

Aku sekarang bangga telah menjadi persemaian abadi
Sekalipun aku tidak memilikinya.
Aku senang, walaupun hanya sekali dalam seumur hidup
karena ternyata aku pernah tunduk atas nama cinta
Tanpa tercemari pertimbangan-pertimbangan rasional setitikpun.

Sekarang aku tidak lagi berani berandai-andai…
Cukuplah bagiku dia mau menyapaku seperti sekarang.

Dan jika ternyata cinta yang dulu telah sama-sama kita temukan…
Biarlah kepada langit kita kembalikan.

Back To Top